Saturday, May 19, 2012

Manis, Asam, Asin dan Pahitnya Persahabatan

Hay guys nama gue Zayka, kalian bisa panggil gue dengan sebutan Ika.
Gue sekarang sekolah di SMP N 1 Yogya, tepatnya kelas 8 SMP.
Di cerita gue ini yang mau gue ceritain ialah tentang persahabatan waktu kecil gue dan juga sampai sekarang gue duduk dibangku kelas 8.
Menurut gue persahabatan itu gak selamanya manis, tapi kadang ada asamnya, terlebih juga asinnya, yang lebih parah lagi itu pahitnya.
Perjalanan persahabatan gue itu awalnya manis, tapi lama-kelamaan ada pahitnya juga gara-gara sahabat gue itu udah nyalahin gue dan sahabat gue yang satunya, yang membuat persahabatan gue pecah tapi akhirnya kembali lagi seperti semula, ya udah deh Alhamdulillah yah sesuatu. Mau cerita selanjutnya makanya baca ini yak. “Selamat Membaca”.


Gue punya sahabat namanya Fatimah, Reza dan satu lagi namanya Fahry. Persahabatan gue dimulai waktu gue dan mereka duduk dibangku kelas 6 SD dan juga sampai sekarang ini. Kami berempat kompak sekali dalam segala hal, sampai pada akhirnya ada permasalahan diantara kita berempat. Dan persahabatan kita pecah sebentar, dan gue sama Fahry jadi benci banget sama Fatimah dan Reza, gara-gara ada masalah diantara kita yang membuat gue dan Fahry dipanggil ke Ruang Bimbingan Konseling gara-gara tingkah laku mereka berdua yang membuat kita kena imbasnya.
Permulaan ceritanya gue dan Fahry benci sama mereka berdua itu, waktu kita ngerjain tugas kerajinan dari rotan untuk dibuat benda jadi yang lebih bermanfaat di rumahnya Fahry, yang mengharuskan tugas itu dikumpulkan esok paginya, padahal nih guys gue dan Fahry gak ada waktu banget buat ngerjain tugas kayak gituan gara-gara sibuk ngurusin tugas lainnya, yang gak kalah pentingnya daripada tugas itu, sama gak ada alat dan bahannya juga sih jadinya kita gak moot.
Sebelumnya sih gue dan Fahry tenang-tenang aja, gara-gara gurunya pergi untuk  tugas ke luar daerah. Tapi setelah dikasih tau oleh kakak kelas kita kalau gurunya itu digantiin, dan katanya  galaknya minta ampun, kita memutuskan deh untuk segera mengerjakan tugas itu. Setelah kami pulang sekolah, kami pun merencanakan kerjain tugas itu. Dan akhirnya kami memutuskan untuk kerjain itu di rumahnya Fahry. Kemudian kita beres-beres pulang dan siap untuk berangkat ke rumahnya Fahry. Setelah sampai kami pun mencari alat dan bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan itu dan mulai mengerjakannya. Waktu itu tinggal 1 hari lagi  yang tersisa untuk kita buat ngerjain tugas itu, kami pun agak gugup dalam ngerjainnya karena sudah mepet banget. Dan kita kira tugas kayak gituan gampang banget dan hanya membutuhkan waktu yang singkat buat nyelesainnya, tapi tak tahunya susah banget sampai-sampai kita mau nangis gara-gara gak selesai-selesai. Hha, kayak anak kecil aja ya, ;(

Di tengah-tengah kita sedang galaunya, hp gue getar guys. Tak tahunya sms dari Fatimah dan tentunya juga Reza karena mereka 1 kelompok dan juga baru ngerjain tugas di rumahnya Fatimah yang gak jauh dari rumah Fahry, karena waktu gue mau ke sini tadi gue melihatnya.
Dengan nada yang sedang galau+campur aduk gue membuka sms itu dengan sedikit malas, perlahan-lahan gue pun membacanya dan isinya.

“Hay,  kalian pasti lagi sibuk ngerjain tugas kerajinan, sampai mau nangis pastinya karena gak jadi-jadi, Hha.”

Karena gue waktu itu lagi bokek pulsa, dan belum sempat beli gara-gara males gak punya uang, akhirnya gue meminjam hp punyanya Fahry. Tapi sebelumnya gue malu mau minjam hpnya karena takut kalau diejek lagi gak punya pulsa alias (kantong kering). Hhe.
Karena mereka mengirim sms yang sama itu terus menerus akhirnya gue memberanikan diri untuk meminjam hp nya Fahry.

“Fahry, gue boleh pinjem hp loe?”
“Boleh aja, mangnya buat apa? Pasti lagi gak punya pulsa ya, jadinya minjem hp gue buat sms pastinya, iya kan ngaku?.”
“(dalam batin gue heran banget, kenapa Fahry bisa tau kalau gue lagi bokek pulsa). Emmm…, so pasti itu. Boleh ya, please? Soalnya buat bales sms dari Fatimah dan Reza. Yah, yah, yah …?”
“Mangnya mereka sms apa ke loe? Tuh ambil aja hp gue di meja.”
“Oke deh, Fahry baik deh.”
“Kayaknya sih mau ngejek kita, nih baca aja sendiri.”
(Sambil memberikan hp ke Fahry, gue pun cepat-cepat mengambil hpnya diatas meja).
Aku pun segera membalas sms dari Fatimah dan Reza. Cukup lama sih gara-gara harus debat sama Fahry dulu.
“Iya nih sampai capek banget kita, emangnya punya kalian berdua sudah selesai?”

“Ya sudahlah, siapa dulu dong yang membuat. Punya kita bagus banget lagi, pasti besok kita berdua akan mendapatkan nilai yang lebih bagus daripada punya kalian, meskipun sampai kalian tangisi hasilnya juga sama aja, lebih bagus punya kita. Hha.”

Karena mereka telah merendahkan buatan kami, kami pun membalasnya dengan sedikit emosi. Dan agak lama seperti tadi kami membalasnya, karena harus memikirkan balasan sms nya.
 “Oke, kita lihat aja besok lebih bagus san punya siapa.”
Karena telah ada yang merendahkan buatan kita, timbullah semangat dari kita berdua untuk menyaingi buatan mereka, dan bertekad mendapatkan nilai yang dapat melebihi mereka.
Dengan sedikit kewalahan kita mengerjakan kerajinan itu, sampai-sampai udah ada 1 jam kita belum mendapatkan apa-apa.

“Kita itu memang lemot banget ya Ka, masak dari tadi belum dapet apa-apa. Udah suruh buatin paman gue aja yang pinter banget buat nyelesain tugas kayak ginian, karena kan dia dulu sering buat kayak ginian .”
“Kamu itu ngeluh aja Ry kerjaannya, bukannya cepet-cepet diselesain malah komplen aja dari tadi.”

“Hla tapi gue itu capek banget Ka, udah suruh buatin aja pasti paman gue mau buatinnya, dan kecil membuatnya, gak ada 1 jam pasti udah jadi.”
“Tapi kan tugas ini harus dikerjain secara mandiri, gak boleh dibuatin orang lain. Nanti kita malah ngrepotin paman kamu.”
“Ya udah deh, ayo kita selesain.”
Setelah beberapa jam ngerjainnya dengan sungguh-sungguh, akhirnya tugas itu selesai juga. Kira-kira 3 jam lah kita selesai, hhe “biasa baru pertama kali ngerjain kayak ginian”. Lega sekali hati kita setelah jadi.

Karena belum sore-sore dan males banget untuk pulang  gue mengajak Fahry untuk pergi ke rumahnya Fatimah, untuk melihat hasil kerajinan punya Fatimah dan Reza. Kita ke sana jalan kaki karena rumahnya tidak jauh dari rumah Fahry. Setelah sampai kita melihat Fatimah dan Reza sedang asyik-asyikan karena tugas mereka udah dikerjain oleh ayahnya Fatimah yang kerjaannya sering buat kerajinan dari rotan untuk dijual. Kita pun mengintip dan berbicara dengan lirih.

“Wah, curang banget mereka masak dibuatin?”
“Iya bener, hla tadi kamu suruh buatin aja gak mau.” Bisik Fahry.
“Sudahlah, yang penting punya kita sudah jadi.”
“Hla tapi itu kan gak adil, mereka gak jujur.”

Tanpa kita sadari Fatimah dan Reza sudah berada persis dibelakang posisi kita berdua, kami pun kaget banget karena tidak menyadarinya sama sekali.

“Ngapain kalian berdua ada di sini?” seru Fatimah dan Reza secara serentak.
“Eeemz…,Tidak apa-apa tadi kami hanya lewat saja. Kalian apa-apaan masak suruh dibuatin kan tugas ini mandiri” Seru kita berdua.”
“Hush…, diam aja kalian sok tau aja. Lihat aja apa yang akan kami perbuat jika kalian ngomong terus.”
“Hla tapi kalian melakukan hal yang curang, kami tidak seperti itu prinsip kami meskipun punya kami jelek tapi buatan sendiri, daripada bagus buatan orang lain, Apaan “Harga Diri yak.”
“Udah diam aja!”

Agak lama perdebatan itu terjadi, setelah capek debat, gue dan Fahry akhirnya memutuskan untuk pulang. Sampai di rumah masing-masing, gue pun berfikiran  untuk melaporkan itu semua kepada guru kita.

Esok paginya di sekolah, gue dan Fahry melaporkan kejadian itu semua kepada guru kelas kami, dan akhirnya mereka dipanggil oleh guru kami karena ingin memastikan kalau kejadian itu semua terjadi.
Setelah mereka dipanggil kami pun malah berdebat dengan mereka soal itu di depan guru kita, dan mereka pintar sekali dalam memutar balikkan fakta. Setelah wali kelas kami mendengar hal itu, wali kelas memihak kepada mereka berdua, padahal kan sebenarnya mereka yang salah. Dan kami berdua akhirnya dipanggil ke Ruang BK.
Setelah itu kami disuruh meminta ma’af kepada guru dan juga mereka berdua, kami pun tidak bisa mengutik lagi karena guru BK nya galak banget, dan apabila ditentang kami pun akan dapet hukuman yang parah. Dan akhirnya kami pun meminta ma’af kepada mereka, dan juga guru kami. Saat itu mulailah terpecah persahabatan kami.


Setelah beberapa hari tidak berkomunikasi muncullah lagi berita tentang itu, dan mereka dipanggil oleh wali kelas kami, karena wali kelas kami telah mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, dari kakak kelas kami yang waktu itu melihat kejadiannya dan ia pun menceritakan kepada wali kelas kami.
Mereka pun dihukum oleh wali kelas kami untuk berlari dihalaman sekolah sebanyak lima kali, dan meminta ma’af kepada kami.

Gue dan Fahry pun mengucapkan terimakasih banget kepada kakak kelas kami itu, yang ternyata dia tetangga dari Fahry. Karena mereka sudah selesai mengitari halaman sekolah, dan melihat kami sedang berbincang-bincang kepada kakak kelas kami, mereka pun menyusul kami dan meminta ma’af kepada kami. Dan akhirnya kami menjadi sahabat lagi.     

“THE END …”
Oleh: Bekti Ramadhani

No comments:

Post a Comment